Minggu, 30 September 2012

Peluang Usaha Unik, Jasa Service Lampu TL

Peluang Usaha Unik, Jasa Service Lampu TL
Tertarik? hubungi  : DewaLampu  087826693977
Lampu fluorescent (TL) alias lampu neon dikenal sebagai produk hemat energi. Dibandingkan lampu bohlam biasa, lampu neon memiliki daya pijar lebih lama. Tak heran, lampu jenis ini menjadi primadona meski harganya lebih mahal. Di tengah melejitnya popularitas lampu neon, muncul jenis usaha baru yang cukup unik, yakni jasa service lampu.

Di sebuah lapak kecil yang berada di Jl Janti, (Bwh Jwmbatan layang Janti, Yogyakarta) terlihat pijar yang dihasilkan belasan lampu neon beragam bentuk. Ada yang bentuknya memanjang biasa, berbentuk spiral hingga tornado. Lampu-lampu yang ditata di atas meja kayu tersebut mampu mengeluarkan cahaya terang. Padahal, sebelumnya, lampu-lampu ini dibuang oleh pemiliknya karena sudah mati.
Lapak berukuran 2x1,5 meter ini merupakan kios service lampu. Di sini, lampu yang sudah mati ‘disulap’ menjadi hidup kembali. Tak butuh waktu lama untuk men-service lampu yang sudah mati. Hanya perlu 10 menit, lampu pun kembali hidup seperti baru dibeli di toko.
“Dilihat dulu sumbernya terletak di mana. Begitu tahu sumbernya, diutak-atik sebentar, dijamin beres. Tak membutuhkan waktu lama. Kalau lama, orang-orang pasti memilih membeli lampu baru,”   Menurut Antok Plenthong, usaha ini mulai berkembang ketika masyarakat Indonesia beramai-ramai beralih dari lampu bohlam ke lampu TL. Yang paling sering memanfaatkan jasa usaha ini adalah rumah tangga golongan menengah ke bawah hingga sekolah. Usaha service lampu ini diakui sangat membantu karena tarifnya sangat terjangkau, yakni mulai dari Rp 5.000.
Pria yang berdomisili di Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman  ini menambahkan, awalnya tidak banyak yang percaya dengan jenis usaha yang digelutinya. Masyarakat mengira lampu hanya produk sekali pakai. Jika sudah mati, maka jalan satu-satunya harus dibuang. Padahal kenyataannya tidak demikian. Dengan sedikit kreativitas, lampu yang mati bisa ‘disulap’ menjadi hidup kembali.
“Saat lampu mati, ada dua kemungkinan yang terjadi. Kalau tidak mesinnya yang rusak, berarti bola lampunya yang sudah tidak berfungsi. Cukup dilihat dari pinggiran bola lampunya. Kalau warnanya gosong, maka yang rusak bola lampunya. Tapi kalau warnanya tidak menghitam, yang rusak mesinnya,” terangnya.
Jika yang rusak bola lampunya, maka service dilakukan dengan mengganti bola lampu baru. Biaya servicenya biasanya tergantung dengan kekuatan pijar lampu. Semakin besar watt-nya, maka biayanya semakin tinggi. Namun biaya service tersebut masih jauh lebih murah dibandingkan beli lampu biasa,
“Untuk watt yang paling rendah mulai dari Rp 8.000. Biaya service-nya memang hampir sama dengan lampu TL keluaran Cina. Tapi soal kualitas jelas berbeda. Sebab hasil service setara dengan kualitas lampu aslinya yang keluaran pabrikan ternama.  Tapi karena masyarakat belum memahami keberadaan jasa ini,  kami jadi sering kalah bersaing dengan produk pabrikan Cina,” ungkap pria yang juga pengusaha Lontong Opor dengan brand SIMBAH ini.
Untuk kerusakan di bagian mesin, service lampu akan memperbaiki  komponen mesin tersebut. Namun jika kerusakannya akut, mau tidak mau mesinnya harus diganti. Mesin lampu sendiri tidak dijual bebas seperti halnya bola lampu. Untuk menyiasati kondisi ini, tempat service lampu biasanya bekerja sama dengan pemulung yang bertugas memasok mesin  lampu bekas.
“Dari hasil memulung, mereka biasanya menemukan lampu yang mesinnya masih bagus. Mesin-mesin ini kemudian dipasok ke tempat kami. Tidak semua mesin lampu kami terima. Biasanya, kami hanya menerima yang merk-nya jelas karena kualitasnya sudah diakui,” pungkas Antok. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar